Sunday, September 28, 2014
Katanya bahagia itu ada pada dunia
Lorong ini akan selamanya sunyi
Pada kaki yang menderap dosa, terus...
menuju hati yang sentiasa rindu,
pada hening malam dan dinginnya air mata
Tuhan, selamatkanku dari dunia
yang sedang menyelamatkanku
Friday, September 26, 2014
Akhir.
Pohon ini sudah bertongkat
Bukan kerana rimbunnya buah,
Tapi kerana dahannya yang rapuh, tiada utuh
Akan tiba masanya, untuk aku mengundur diri
Dari kenangan dan segala amalan
Yang tiada pernah sempurna, tiada pernah agung
Bersendiri, menanti tugas seterusnya
Terima kasih matahari yang setia menerangiku
Juga bulan yang menemani sunyiku
Terima kasih angin yang menghidup anganku
Dan tanah yang mengikat jiwaku,
Dari lupa mana usulku
Sudah singkat, masanya
Tiada lagi redup untuk kamu
Dan ranting yang kadang gugur menyesak mata
Aku pergi
Pergi tanpa senyummu lagi.
Wednesday, September 24, 2014
Pahit
tiadalah lagi awan untuk ku kait
dalam mengalas langit hatimu
bintang juga telah lama padam
untuk ku hias dinding jiwamu
yang tinggal cuma sajak kosong
dan beberapa rokok yang ada
untuk ku lena
dan hilang seketika
Saturday, September 20, 2014
Tiada lagi
Aku ini cuma sisa dunia
Yang tiada dua, bersendiri tanpa teman
Selalu berselindung balik tabir puisi
Yang selalu saja diterbang ribut
Dan angin - angan semalam
Pada kedahanan realiti
yang rapuh, menunggu patah
aku berselingkuh
sepertinya menunggu mati
Thursday, September 18, 2014
Surat tanpa penerima
Ada beberapa kata
Yang ku kait kemas pada selai kain pemberianmu
Aku selit rapi di bantal, untuk ku bawa lena
Agar ada mimpi yang datang
Lalu memberi ruang untuk kita bersama walau seketika
Menatap dua mata
Di antara langit dan bumi siksa
Aku mahu bersuara
Terima kasih cinta.
Tuesday, September 16, 2014
Sunday, September 14, 2014
Hari bahgia
aku itu sedang dalam bahgia yang tidak bertepi
pabila ku lihat kamu itu bersenyum di sana
menikmati saat tibanya hari bahgia
juga saat bulan jatuh ke riba
untuk kau belai, bersama cahya dari keramaian itu
sunyi mengejut aku dari mimpi
dan menemanku
sampai tiada lagi langit, hujan dan dingin
sampai hidupku, keluar dari pelukan puisi
Monday, September 8, 2014
Ada pada mata
Langit menangis
Dan manusia yang berpusu - pusu
pada cinta dan kaseh sayang, yang terbuang
Hujannya dingin
Tapi masih gagal meredakan,
hangat semalam