Sunday, August 21, 2016

Jalan yang Kita Pilih

Senja ini, ada jalan yang mengimpikan tentangmu, tentang wajahmu yang meliar mencari-cari suatu kesempurnaan. Ia beberapa kali mengetuk pintuku; untuk bercerita tentangmu. Aku menyuap ego dengan berdiam diri dan merenung jauh di jendela sehingga berbekas wajahku dengan habuk kemarin. Mata lebih pedih dan mengalir dari ruang-ruang kecil penjuru pintu, kamar dan jendela puisiku.

Siapakah gerangan dirinya?

Tentang semurna, tentang cinta yang ingin kau kagumkan. Aku lebih asyik di meja gerimis dan kertas terbuang, kekuningan menanti namamu melompat ke setiap adanya puisi indah. Selama mungkin, kita akan tidak sekalipun menemukan seseorang yang lebih hampir dengan kenangan dan bintang-bintang di langit. Tentang bintang-bintang di langit, kita jadi saksi kesudahan mimpi kita sendiri.

Jalan ini sempurna rindunya. Tetaplah kau menjadi malam, sajak-sajak kuno dan pagi yang memberiku harapan selama ini. Biar kita menua di antara kegusaran dan ketidaksempurnaan, aku akan selalu menyempurnakan doa - doa buatmu, juga kita yang tidak lagi bertentang. Anak - anakmu akan lebih mengenalku di dalam ketiadaan dan kepalsuan. Biar saja aku jadi jarak yang tidak pernah memisahkan kau dengan bahagia yang kau perlukan.

Aku akan terus hidup seribu tahun lagi
Jadi saksi
Tentang siang dan impian
Tentang malam dan kesempurnaan
Mengasihiku
Sebagai ketiadaan
dan terasing jalannya


No comments: